Senin, 03 Maret 2014

#Bukan Salah Yumna (03 maret 2014)
Memiliki Yumna adalah kebahagiaan yang tak ternilai. Aku begitu bagahia bisa melahirkan yumna. Kebahagiaan ini tak akan tergantikan oleh apapun. Dan hingga tulisan ini ku publish yumna sudah berusia genap 1,2 tahun atau 14 bulan.
Aku bangga yumna bisa tumbuh normal seperti anak-anak seusianya. Terkadang perkembangannya lebih baik dari perkembangan anak seusianya. Kebanggaanku semankin bertambah.
Seiring bertambahnya usia yumna, membuat sel-sel otak yumna mulai bekerja. Logika dan ram di otak yumna mulai bereaksi. Selain sudah bisa jalan, belambai, main mata, kiss bye, sungkeman, cipika cipiki, berdoa, ngoceh / ngikutin ucapan kami, belajar organ-organ tubuh yang berada di luar (seperti mata, hidung, telinga, bakpaw [Paha], kepala, tangan, kaki), mengingat beberapa jenis hewan (kucing, cicak, tikus, ayam, semut, nyamuk, lalat, kupu-kupu), dan banyak lagi perkembangan yumna yang gak bisa aku list disini, namun dari banyak hal ia tau dan mengerti ternyata yumna bisa menentukan pilihan dan terkadang juga bisa manja atau merasa bersalah. Yumna bisa memilih kue atau kerupuk yang paling besar ukurannya, yumna juga sudah bisa memilih buku yang mau dibuatnya main, yumna bisa memilih hal yang membuat dia senang.
Okeh, aku akuin yumna itu tidak seburuntung anak lainnya yang bisa tiap waktu bersama Ayah dan bundanya. Yumna lebih banyak bersama oma (Ibuku), sebab aku dan suamiku adalah seorang pekerja. Jadi tidak heran jika jam istirahat aku pulang ke rumah atau pas jam pulang kerja yumna begitu bahagia melihat kedatangan kami. Sesibuk apapun yumna main atau senikmat apapun ia sedang makan disuap oma, yumna bakal meninggalkan itu semua lalu memintaku untuk menggendongnya. Aku bahagia merasakan keadaan itu. Aku bakal mengendong dan menciumnya. Nah biasanya yumna langsung minta diajak main atau keluar rumah.
Kalau di suruh milih. Aku bakal lebih milih yumna dibanding kerjaanku. Aku lebih baik mengurus yumna dan rumah dari pada harus mengurus rumah, anak dan kerjaan kantor. Asli badanku rasanya gak karuan rasanya. Jadi mungkin wajarlah yah, kalao body-ku setelah melahirkan makin menyusut beratnya. L  Tapi tak semudah pilihanku. Aku memang harus kerja, untuk menetralkan perekonomian keluarga. Kalau aku gak kerja, kasian masa depan yumna yang butuh biaya seperti vaksin dan pendidikan. Yumna adalah modal utama kehidupanku. Aku ingin yumna tumbuh baik di dunia dan di akhirat. Aku gak pernah menyesal melahirkan yumna. Dan yumna bukanlah beban hidupku, yumna adalah amanah, rejeki dan penyemangat hidupku.
Aku bukah mau mengeluh, tapi manusia bukanlah robot. Aku sering menangis setelah ngalamin kejadian seperti ini.
Biasanya terjadi kalau aku kerja sift siang. Nah biasanya oma bakal menyerahkan sepenuhnya kerjaan rumah kepadaku. Yah terkadang oma bantu nyuci pakaian pakai mesin cuci (tinggal masukin air+pakaian+sabun+nyalakan mesin, lalu ditinggal sampai mesin penggiling setop dengan sendirinya) atau ayun yumna yang kadang ditambah omelannya yang suka bikin aku rada-rada geger otak. Dari melek sampai mau kerja badanku seperti robot (kecuali aku lagi jenuh tingkat dewa, aku bakal biarkan ruang tamu seperti gudang, tanpa nyimpunya sedikitpun). Suami? Yah, biasanya suami kalau udah ngelembur kerja tanpa bayaran itu bikin dia jadi orang paling malas dirumah dan menjadi raja termolor di dunia. Bangunnya kalau udah mau kerja. Atau bangun tidur Cuma ngadepin laptop sampai waktu kerja menjelang. Jam satu atau setengah dua aku baru ngantor pulangnya jam sembilan atau tepatnya jam setenga sepuluh tiba di rumah. Biasanya yumna sudah tidur, tapi terbangun mendengar kedatanganku, seperti kebiasannya yang minta digendong atau dikeloni. Dengan badan yang hampir setengah mati rasanya aku biasanya minta tolong misua untuk jagain yumna yang mulai rewel karena ngantuk. Dengan tergesa-gesa dan secepat mungkin ku siapkan makanan untuk misua lalu menemani yumna tidur.
Paling strees kalau weekend oma dan misua ngarapin aku jagain yumna plus ngebabu di rumah. Pengen teriak rasanya.... waktu istirahatku kapan??? Alhasil, senin ku berikutnya kembali hancur. Stres itu bisa meradang juga, sampai akhirnya betul-betul gak bisa dibendung. Hari ini aku ngebentak-bentak yumna, biarin yumna menangis sejadinya, pelototin yumna sampai dia seperti orang yang ketakutan minta ampun tanpa berani melihat apa lagi dekatin aku. Mungkin difikiran yumna.. aku ini bukanlah bunda yang seperti peri yang selalu melindungi dan membantunya, tapi yang yumna liat pasti sebuah monster yang siap nerkam dia kapan saja. aku nangis dalam hati.


“Maafkan bunda yah nak, kalau terkadang bunda sering bentak dan marah dengan yumna atau melototin yumna dengan penuh amarah. Bunda melakukannya supaya Yumna mau ngerti dengan keadaan bunda. Yumna jadilah anak yang soleha. Maafkan Bunda”




;;

By :
Free Blog Templates